cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas,  www.segi3.com    cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Cerita Sex Bonus Foto Bugil - Murid Les privat yang cantik Bag.1 - Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya  melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata  lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan  bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya  yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya  putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi.  Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya.  Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak  terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya,  tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Fanny  mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku  seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar,  diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan  diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di  dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di  atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah  tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar  belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen  yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang  membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik  sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan  terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas  yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa  sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah  bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang  telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang  tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya  kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian  kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai  orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran  perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku  berkata, "Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu".  Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar  Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku  mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri  tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya  yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil  tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan  lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis  itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku  yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan  pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut  dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa  sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak  dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang  dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan  sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga  instingku mengatakan hatinya agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny  tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!",  sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya,  tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan  lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku  sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak  bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu,  jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman  dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang  tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa  terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang  lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai  perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik  perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku.  Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat  tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia  tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak  karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar  tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena  tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis  itu dengan instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny  menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut,  Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam  lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari  hidungku, "Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa  Fan", gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya  bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny  ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di  dadaku, "Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar  gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan  romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu,  kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali.  Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja  saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin  terus menikmati belaian-belaian lembut itu.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara  hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku  menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut,  perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia  menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri  semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak.  Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut  penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat  merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah  itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya  dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup  makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya  melambung. "Uuhh..!", hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman  dan kuluman-kuluman hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan  remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak  kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan  tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan", sebuah pujian yang  membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak  untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di  tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai  menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah kembali dan pahanya  bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah  oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu  membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia  semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk  mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan  lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
"Jangan  nanti dilihat orang", pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan  membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah  dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli  lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia  pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang  bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin  bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin  terbuka.
"Auuhh", bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan  mencium hangat di lehernya yang putih mulus. "Aaahh", dia makin mendesah  dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin  senang dengan bau wangi di tubuhnya. "Tubuhmu wangi sekali", kembali  rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan  menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak,  seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini  menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian.  Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku  menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian  jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas  perutnya. "Auuhh" membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung  mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.
Dia  mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman,  seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. "Ooohh", terdengar desah  Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku  diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus  hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang  hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku  terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny  dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny  makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu  pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya..... 
ke Bagian 2Tags:cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas