cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas,  www.segi3.com    cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
 cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas Cerita Sex Bonus Foto Bugil - Pembantu masih ABG - Aku  terbangun karena hp ku berdering.  Kulihat Dina, abg yang kugarap tadi  malam, masih terlelap. Toketnya yang  montok bergerak seiring dengan  tarikan napasnya. Pengen aku  menggelutinya lagi, tetapi temanku Ardi  sedang menunggu diujung hp. Aku  keluar kamar supaya Dina gak terganggu  dengan pembicaraanku. “Baru  bangun ya”, terdengar suara Ardi diujung  sana. “Iya, mau ngapain pagi  gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.  “Gini ari baru bangun, udah  jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”. “La iya  lah”, jawabku. “Ada apa”.  “Tukeran abg yuk, aku semalam main ama  pembantu sebelah”. “Pembantu?  emangnya gak ada cewek yang lain”,  kataku, rada kesel. Masak Dina mau  dituker ama pembantu. “Tunggu dulu,  biar pembantu Ana cantik kaya anak  gedongan. Bodinya montok banget dan  napsunya gede banget, maunya  terus2an main. Kamu pasti puas lah main  ama dia”. “Masak sih, kalo  cewekku Dina, anak skolahan, montok dan  binal kalo di ranjang”, jawabku  lagi. “Ya udah, kita tukeran aja, mau  enggak. Kalo mau aku ama Ana cabut  kerumahmu sekarang”. Aku tertarik  juga dengan tawaran, pengen juga aku  ngeliat kaya apa sih pembantu yang  katanya kaya anak gedongan, “Ok,  dateng aja”. Pembicaraan terhenti.  Aku kembali ke kekamar.
Dina  udah bangun. “Ada apa om, mau maen  lagi gak”, katanya sambil  tersenyum. “Belum puas semalem ya Din. Temen  om tadi nelpon ngajakin om  tuker pasangan. Dina mau gak maen ama  temennya om. Dia juga ahli kok  nggarap cewek abg kaya Dina”, jawabku.  “Kalo nikmat ya Dina sih mau  aja”, Dina bangun dari tempat tidur dan  masuk kamar mandi. Aku  menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat  Dina yang masih  telanjang bulat, tetapi karena Ana mau dateng ya aku  tahan aja napsuku.  Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kon  tolku ngaceng  lagi. “Om, kon tolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”,  ajak Dina  sambil ngocok kon tolku. “Kan Dina mau maen ama temennya om,  nanti aja  maennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku.  Sehabis  mandi, kita sarapan dulu. Dina tetep aja bertelanjang bulat  sementara  aku cuma pake celana pendek saja. Selesai makan aku menarik  Dina saung  dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Dina  kupeluk dan  kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya.  Dinapun gak  mau kalah, kon tolku digosok2nya dari luar celana ku.
Sedang  asik, Ardi dan Ana datang. Ardi  sudah biasa kalo masuk rumahku  langsung nyelonong aja kedalem, karena  kami punya kunci rumah masing2.  Ana ternyata cantik juga, seperti  bintang sinetron berdarah arab yang  aku lupa namanya. Ana make pakean  ketat, sehingga toketnya yang besar  tampak sangat menonjol. Pantatnya  yang besar juga tampak sangat  menggairahkan. Ana terkejut melihat Dina  yang bertelanjang bulat.  Kuperkenalkan Dina pada Ardi, Ardi langsung  menggandeng Dina masuk ke  rumah.
“An,  Ardi bilang dia nikmat banget ngen  tot sama kamu, no nok kamu bisa  ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain  diempot juga”, kataku sambil  mencium pipinya. “An, kamu napsuin banget,  tetek besar dan pantat juga  besar”. “Dina kan juga napsuin pak”,  jawabnya sambil duduk disebelahku  di dipan. “Jangan panggil pak dong,  panggil om. Kan saya belum tua”,  kataku sambil memeluknya. Kucium  pipinya sambil jemariku membelai-belai  bagian belakang telinganya.  Matanya terpejam seolah menikmati usapan  tanganku. Kupandangi wajahnya  yang manis, hidungnya yang mancung lalu  bibirnya. Tak tahan berlama-lama  menunggu akhirnya aku mencium  bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan  lidahku. Mulutnya terbuka  perlahan menerima lidahku. Lama aku  mempermainkan lidahku di dalam  mulutnya. Lidahnya begitu agresif  menanggapi permainan lidahku,  sampai-sampai nafas kami berdua menjadi  tidak beraturan. Sesaat ciuman  kami terhenti untuk menarik nafas, lalu  kami mulai berpagutan lagi dan  lagi. Kubelai pangkal lengannya yang  terbuka. Kubuka telapak tanganku  sehingga jempolku bisa menggapai  permukaan dadanya sambil membelai  pangkal lengannya. Bibirku kini turun  menyapu lehernya seiring telapak  tanganku meraup toketnya. Ana  menggeliat bagai cacing kepanasan terkena  terik mentari. Suara rintihan  berulang kali keluar dari mulutnya di  saat lidahku menjulur menikmati  lehernya yang jenjang. “Om….” Ana  memegang tanganku yang sedang meremas  toketnya dengan penuh napsu.  Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan  tanganku mengelus dan  meremas toketnya yang montok.”An, aku ingin  melihat toketmu”, ujarku  sambil mengusap bagian puncak toketnya yang  menonjol. Dia menatapku.  Ana akhirnya membuka tank top ketatnya di  depanku. Aku terkagum-kagum  menatap toketnya yang tertutup oleh BH  berwarna hitam. Toketnya begitu  membusung, menantang, dan naik turun  seiring dengan desah nafasnya yang  memburu. Sambil berbaring Ana membuka  pengait BH-nya di punggungnya.  Punggungnya melengkung indah. Aku  menahan tangan Ana ketika dia mencoba  untuk menurunkan tali BH-nya dari  atas pundaknya. Justru dengan  keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa  pengait seperti itu membuat  toketnya semakin menantang. “toketmu bagus,  An”, aku mencoba  mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku  menarik turun cup  BH-nya. Mata Ana terpejam. Perhatianku terfokus ke  pentilnya yang  berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar  sedang ujungnya  begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin  dengan jemariku.  Ana mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya.  “Egkhh..” rintih  Ana ketika mulutku melumat pentilnya.
Kupermainkan  dengan lidah dan gigiku.  Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap  kuat-kuat sehingga membuat  Ana menarik rambutku. Puas menikmati toket  yang sebelah kiri, aku  mencium toket Ana yang satunya yang belum sempat  kunikmati.  Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut  Ana. Sambil  menciumi toket Ana, tanganku turun membelai perutnya yang  datar,  berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari  lembah di  bawah perut Ana. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih  dahulu sebelum  aku memutuskan untuk meraba no noknya yang masih  tertutup oleh celana  jeans ketat yang dikenakan Ana. Aku secara  tiba-tiba menghentikan  kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Ana  tertegun sejenak  memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku  membuka jeans  warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh  Ana yang  tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu  putih membuat  mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana  jeans ketat  yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya  namun pada  bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan  pantatnya yang  sempurna. Puas memandang tubuh Ana, aku lalu  membaringkan tubuhku  disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang  menutupi beberapa bagian  pada permukaan wajah dan leher Ana. Kubelai  lagi toketnya. Kucium  bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam  mulutnya. Ana menelannya.  Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos  masuk melalui pinggang  celana jeans Ana yang memang agak longgar.  Jemariku bergerak lincah  mengusap dan membelai selangkangan Ana yang  masih tertutup CDnya. jari  tengah tanganku membelai permukaan CDnya  tepat diatas no noknya, basah.  Aku terus mempermainkan jari tengahku  untuk menggelitik bagian yang  paling pribadi tubuh Ana. Pinggul Ana  perlahan bergerak ke kiri, ke  kanan dan sesekali bergoyang untuk  menetralisir ketegangan yang  dialaminya.
aku  menyuruh Ana untuk membuka celana  jeans yang dipakainya. Tangan kanan  Ana berhenti pada permukaan kancing  celananya. Ana lalu membuka kancing  dan menurunkan reitsliting celana  jeansnya. CD hitam yang dikenakannya  begitu mini sehingga jembut  keriting yang tumbuh di sekitar no noknya  hampir sebagian keluar dari  pinggir CDnya. Aku membantu menarik turun  celana jeans Ana. Pinggulnya  agak dinaikkan ketika aku agak kesusahan  menarik celana jeans Ana.  Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami  kini sama-sama tinggal  mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja.  Pahanya begitu mulus. Memang  harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan  memikat, penuh dengan sex  appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan  kirinya untuk menyentuh kon  tolku dari luar CD ku. “Oh..” Ana menyentuh  kon tolku yang tegang.  “Kenapa, An?” tanyaku. Ana tidak menjawab,  malah melorotkan CD ku.  Langsung kon tolku yang panjangnya kira-kira 18  cm serta agak gemuk  dibelai dan digenggamnya. Belaiannya begitu mantap  menandakan Ana juga  begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan  kamu pintar juga ya,  An,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang  mengocok kon tolku. “Ya,  mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. “Om  sama Dina semalem maen  berapa kali?” tanyanya sambil terus  mengurut-urut kon tolku. “Kamu  sendiri semalem maen berapa kali sama  Ardi?” aku malah balik berrtanya.  Mendapat pertanyaan seperti itu entah  kenapa nafsuku tiba-tiba semakin  liar. Ana akhirnya bercerita kalau  Ardi napsu sekali tadi malem  menggeluti dia. Mau berapa kali Arif  meminta, Ana pasti melayaninya.  Mendengar perjelasan begitu jari-jariku  masuk dari samping CD langsung  menyentuh bukit no nok Ana yang sudah  basah. Telunjukku membelai-belai i  tilnya sehingga Ana keenakan. “Kamu  biasa ngisep kan, An?” tanyaku. Ana  tertawa sambil mencubit kon tolku.  Aku meringis. “Kalo punya om mana  bisa?” ujarnya. “Kenapa memangnya?”  tanyaku penasaran. “Nggak muat di  mulutku,” selesai berkata demikian  Ana langsung tertawa kecil. “Kalau  yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi  sambil menusukkan jari tengahku ke  dalam no noknya. Ana merintih sambil  memegang tanganku. Jariku sudah  tenggelam ke dalam liang no noknya.  Aku merasakan no noknya berdenyut  menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat  sekali kalau kon tolku yang diurut,  pikirku. Segera CD nya kulepaskan.
Perlahan  tanganku menangkap toketnya dan  meremasnya kuat. Ana meringis.  Diusapnya lembut kon tolku keras banget.  Tangannya begitu kreatif  mengocok kon tolku sehingga aku merasa  keenakan. Aku tidak hanya  tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya  yang montok.  Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku  yang satunya  mulai meraba jembut lebat di sekitar no nok Ana. kuraba  permukaan no  nok Ana. Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah  mengeras. kon  tolku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ana,  sementara no  nok Ana juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang  kurasakan dari  jemari tanganku yang mengobok-obok no noknya. Kupeluk  tubuh Ana  sehingga kon tolku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai  punggung lalu  turun meraba pantatnya yang montok. Ana membalas pelukanku  dengan  melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku  meraih  pantat Ana, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki   tubuhnya. Kaki Ana dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya   yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus   membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ana. Aku   melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kon tolku ke bibir no   noknya. Ana mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya   menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat.   Ana menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk   memasuki no noknya.”Aku ingin mengen totmu, An” bisikku pelan, sementara   kepala kon tolku masih menempel di belahan no nok Ana. Kata ini   ternyata membuat wajah Ana memerah. Ana menatapku sendu lalu mengangguk   pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan   menuntun kon tolku yang perlahan menyusup ke dalam no nok Ana.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas 
Terasa  seret, memang, nikmat banget  rasanya. Perlahan namun pasti kon tolku  membelah no noknya yang ternyata  begitu kencang menjepit kon tolku. no  noknya begitu licin hingga agak  memudahkan kon tolku untuk menyusup  lebih ke dalam. Ana memeluk erat  tubuhku sambil membenamkan  kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak  kesakitan. Namun aku tak  peduli. “Om, gede banget, ohh..” Ana menjerit  lirih. Tangannya turun  menangkap kon tolku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu  pasti ukuran kon tol  Ardi tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kon  tolku terbenam juga  di dalam no nok Ana. Aku berhenti sejenak untuk  menikmati  denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot  dinding no nok  Ana. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku  memejamkan mata untuk  merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat  bibir Ana sambil  perlahan-lahan menarik kon tolku untuk selanjutnya  kubenamkan lagi. Aku  menyuruh Ana membuka kelopak matanya. Ana menurut.  Aku sangat senang  melihat matanya yang semakin sayu menikmati kon tolku  yang keluar masuk  dari dalam no noknya. “Aku suka no nokmu, An.. no  nokmu masih rapet”  ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, no nok Ana  enak sekali. “Kamu  enak kan, An?” tanyaku lalu dijawab Ana dengan  anggukan kecil. Aku  menyuruh Ana untuk menggoyangkan pinggulnya. Ana  langsung mengimbangi  gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar  pada pinggangnya.  “Suka kon tolku, An?” tanyaku lagi. Ana hanya  tersenyum. kon tolku  seperti diremas-remas ditambah jepitan no noknya.  “Ohh.. hh..” aku  menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba  mengangkat dadaku,  membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada  kedua tanganku.  Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk  mengeluar-masukkan  kon tolku ke dalam no nok Ana.
Kuperhatikan  kon tolku yang keluar masuk  dari dalam no noknya. Dengan posisi  seperti ini aku merasa begitu  jantan. Ana semakin melebarkan kedua  pahanya sementara tangannya  melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik  turunku semakin cepat  mengimbangi goyangan pinggul Ana yang semakin  tidak terkendali. “An..  enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.  “Ana juga, om”,  jawabnya. Ana merintih dan mengeluarkan  erangan-erangan kenikmatan.  Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata,  “aduh” yang diucapkan  terputus-putus. Aku merasakan no nok Ana semakin  berdenyut sebagai  pertanda Ana akan mencapai puncak pendakiannya. Aku  juga merasakan hal  yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan  dengan menarik nafas  dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk  menurunkan daya rangsangan  yang kualami. Aku tidak ingin segera  menyudahi permainan ini hanya  dengan satu posisi saja. Aku mempercepat  goyanganku ketika kusadari Ana  hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat  seraya mulutku menghisap dan  menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam.  “Ohh.. hh.. om..” jerit Ana  panjang. Aku membenamkan kon tolku  kuat-kuat ke no noknya sampai mentok  agar Ana mendapatkan kenikmatan  yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah  dan untuk beberapa saat  lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat  terbenam diantara  toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak  sanggup untuk  bertahan lebih lama lagi. “An, aakuu.. keluaarr, Ohh..  hh..” jeritku.  Ana yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku  dengan kakinya  yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku  memuntahkan peju hangat  dari kon tolku. Kurasakan tubuhku bagai  melayang. secara spontan Ana  juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya.  Mulutku yang berada di belahan  dada Ana kuhisap kuat hingga meninggalkan  bekas merah pada kulitnya.  Telapak tanganku mencengkram toket Ana.  Kuraup semuanya sampai-sampai  Ana kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku  akhirnya muncrat membasahi  no noknya. Aku merasakan nikmat yang tiada  duanya ditambah dengan  goyangan pinggul Ana pada saat aku mengalami  orgasme. Tubuhku akhirnya  lunglai tak berdaya di atas tubuh Ana. kon  tolku masih berada di dalam  no nok Ana. Ana mengusap-usap permukaan  punggungku. “Ana puas sekali  dien tot om,” katanya. Aku kemudian  mencabut kon tolku dari no noknya.  Dari dalam Ardi keluar sudah  berpakaian lengkap. “Pulang yuk An, sudah  sore”, ajaknya.
Aku  masuk kembali ke kamar. Dina ada di  kamar mandi dan terdengar shower  nyala. Aku bisa mendengarnya karena  pintu kamar mandi tidak ditutup.  Tak lama kemudian, shower terdengar  berhenti dan Dina keluar hanya  bercelana pendek. Ganti aku yg masuk ke  kamar mandi, aku hanya  membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi,  Dina berbaring diranjang  telanjang bulat. “Kenapa Din, lemes ya dien tot  Ardi”, kataku. “Lebih  enak ngen tot sama om, kon tol om lebih besar  soalnya”, jawab Dina  tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya om”. Hebat  banget Dina, gak ada  matinya. Pengennya dien tot terus. “Ok aja, tapi  sekarang kita cari  makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti  malem”, kataku  sambil berpakaian. Dina pun mengenakan pakaiannya dan  kita pergi  mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah  malem, tadi  kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di  kamar kita langsung melepas pakaian  masing2 dan bergumul diranjang.  Tangan Dina bergerak menggenggam kon  tolku. Aku melenguh seraya  menyebut namanya. Aku meringis menahan  remasan lembut tangannya pada  kon tolku. Dina mulai bergerak turun naik  menyusuri kon tolku yang  sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung  telunjuknya mengusap kepala  kon tolku yang sudah licin oleh cairan yang  meleleh dari liangnya.  Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat  usapannya. Kocokannya  semakin cepat. Dengan lembut aku mulai  meremas-remas toketnya. Tangan  Dina menggenggam kon tolku dengan erat.  Pentilnya kupilin2. Dina  masukan kon tolku kedalam mulutnya dan  mengulumnya. Aku terus  menggerayang toketnya, dan mulai menciumi  toketnya. Napsuku semakin  berkobar. Jilatan dan kuluman Dina pada kon  tolku semakin mengganas  sampai-sampai aku terengah-engah merasakan  kelihaian permainan  mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan  dengan posisi  tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya  berada di  bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku   menyentuh no noknya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa   sadar Dina menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama   permainan lidahku di no noknya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah   ingin membenamkan wajahku ke dalam no noknya. kon tolku kemudian   dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku   menciumi bibir no noknya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku   mengelus paha bagian dalam. Dina mendesis dan tanpa sadar membuka kedua   kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri di antara kedua   kakinya yang terbuka lebar. kon tol kutempelkan pada bibir no noknya.   Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Dina merasa   ngilu bercampur geli dan nikmat. no noknya yang sudah banjir membuat   gesekanku semakin lancar karena licin. Dina terengah-engah merasakannya.   Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kon tolku   menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. “Om.?” panggilnya   menghiba. “Apa Din”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa.   “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya   menggesek-gesekan kon tol. Sementara Dina benar-benar sudah tak tahan   lagi mengekang birahinya. “Dina sudah pengen dien tot om”, katanya.
Dina  melenguh merasakan desakan kon  tolku yang besar itu. Dina menunggu  cukup lama gerakan kon tolku  memasuki dirinya. Serasa tak  sampai-sampai. Maklum aja, selain besar,  kon tolku juga panjang. Dina  sampai menahan nafas saat kon tolku terasa  mentok di dalam, seluruh kon  tolku amblas di dalam. Aku mulai  menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu,  dua dan tiga enjotan mulai  berjalan lancar. Semakin membanjirnya  cairan dalam no noknya membuat kon  tolku keluar masuk dengan lancarnya.  Dina mengimbangi dengan gerakan  pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik  turun mengikuti irama enjotanku.  Gerakan kami semakin lama semakin  meningkat cepat dan bertambah liar.  Gerakanku sudah tidak beraturan  karena yang penting enjotanku mencapai  bagian-bagian peka di no noknya.  Dina bagaikan berada di surga merasakan  kenikmatan yang luar biasa  ini. kon tolku menjejali penuh seluruh no  noknya, tak ada sedikitpun  ruang yang tersisa hingga gesekan kon tolku  sangat terasa di seluruh  dinding no noknya. Dina merintih, melenguh dan  mengerang merasakan  semua kenikmatan ini. Dina mengakui keperkasaan dan  kelihaianku di atas  ranjang. Yang pasti Dina merasakan kepuasan tak  terhingga ngen tot  denganku. Aku bergerak semakin cepat.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas 
kon tolku  bertubi-tubi menusuk  daerah-daerah sensitivenya. Dina meregang tak kuasa  menahan napsuku,  sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan  pinggulku naik turun,  ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras.  Melihat reaksinya, aku  mempercepat gerakanku. kon tolku yang besar dan  panjang itu keluar  masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah  bermandikan keringat. Aku  pun demikian. Dina meraih tubuhku untuk  didekap. Direngkuhnya seluruh  tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya  dengan erat. Dina membenamkan  wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya  diangkat tinggi-tinggi  sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan  menekannya kuat-kuat.  Dina meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”,  hanya itu yang bisa  keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan  yang dialaminya  nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya. Dina  mendorong tubuhku  hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan  menciumi wajah, bibir  dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kon tolku  yang masih tegak itu.  Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya  mengocok-ngocok kon  tolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Dina  langsung berjongkok  dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan  masing-masing berada di  samping kiri dan kanan tubuhku. no noknya berada  persis di atas kon  tolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kon tolku  dibimbingnya memasuki  no noknya.
Tubuhnya  turun perlahan-lahan, menelan  seluruh kon tolku. Selanjutnya Dina  bergerak seperti sedang menunggang  kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak.  Pinggulnya bergerak turun naik.  “Ouugghh.. Din.., luar biasa!” jeritku  merasakan hebatnya permainannya.  Pinggulnya mengaduk-aduk lincah,  mengulek liar tanpa henti. Tanganku  mencengkeram kedua toketnya,  kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit  setengah duduk. Wajah  kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya.  Kuhisap kuat-kuat sambil  kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba  memberi kepuasan. Kami tidak  lagi merasakan panasnya udara meski kamar  menggunakan AC. Tubuh kami  bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi  lengket satu sama lain. Dina  berkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku  menggoyangkan pantatku. Tusukan  kon tolku semakin cepat seiring dengan  liukan pinggulnya yang tak kalah  cepatnya. Permainan kami semakin  meningkat dahsyat. Sprei ranjang  sudah tak karuan bentuknya, selimut dan  bantal serta guling terlempar  berserakan di lantai akibat pergulatan  kami yang bertambah liar dan tak  terkendali. AKu merasa pejuku udah mau  nyembur. Aku semakin  bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak  selang beberapa detik  kemudian, Dina pun merasakan desakan yang sama.  Dina terus memacu  sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang,  mengerang panjang.  Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku  nyemprot begitu kuat  dan banyak membanjiri no noknya. Dina pun rasanya  tidak kuat lagi  menahan desakan dalam dirinya. Sambil mendesakan  pinggulnya kuat-kuat,  Dina berteriak panjang saat mencapai puncak  kenikmatan berbarengan  denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang  sambil berpelukan  erat. “om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Dina  lemes, demikian  pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang  ternyata memakan  waktu lebih dari 1 jam! akhirnya kami tertidur  kelelahan.
Tags:cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas