cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
 
 
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas Cerita Sex Bonus Foto Bugil - Afni Bohai - Hari Minggu pagi jam 6:00  terdengar suara meraung-raung sirene sebuah kendaraan. Sebuah mobil  ambulans keluar dari sebuah pertokoan di wilayah Ciledug yang sedang  dalam tahap pembangunan. Sesaat kemudian mobil polisi mengikuti di  belakangnya. Minggu pagi itu beberapa pekerja bangunan baru saja  menemukan sesosok wanita muda yang tergolek pingsan di lantai empat  pertokoan yang sedang dibangun itu. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan  telanjang dengan noda-noda darah setengah mengering di wilayah  selangkangannya. Jelas dari kondisi seperti itu wanita tersebut pasti  adalah korban pemerkosaan. Setengah jam kemudian ambulans telah tiba di  rumah sakit. Nampak beberapa orang perawat UGD menyiapkan tempat tidur  dorong untuk membawa si korban. Selanjutnya empat orang membopong  sesosok tubuh wanita yang berselimut dari dalam mobil ambulans. Wanita  muda itu tampak masih pingsan. Dari rona wajahnya wanita itu kira-kira  berusia 24 tahunan dan tingginya semampai sekitar 150 cm. Warna kulitnya  tangannya sawo matang khas orang Indonesia tetapi di bagian pundaknya  dan sebagian dada atas yang tidak tertutup selimut warnanya cenderung  lebih terang sebagaimana halnya wajahnya yang tetap tidak dapat  menyembunyikan kemanisannya meski dia berada dalam keadaan pingsan.  Besar kemungkinan warna kulit tangannya yang cenderung coklat itu akibat  pemaparan terhadap sinar matahari. Mungkin wanita pingsan itu  sehari-harinya suka mengenakan baju lengan pendek atau bahkan lengan  buntung. Tidak lama kemudian wanita pingsan tersebut telah dibawa sampai  di sebuah ruangan yang tidak ada seorang pasienpun. Mungkin itu adalah  ruang VIP atau ruang periksa khusus. Tidak lama kemudian seorang dokter  pria datang ke ruangan itu.
“Bagaimana keadaannya…” dokter bertanya kepada suster yang menjaga wanita pingsan itu.
“Masih pingsan dok….Dia mengalami pendarahan….” Suster menjawab.
Dokter  itu kemudian menyibak selimut yang menutupi wanita itu dan melihat  kondisi tubuhnya yang telanjang bulat. Kemudian dokter tersebut  memerintahkan dua orang suster untuk memasang kait penggantung kaki yang  terdapat pada sisi kanan dan kiri tempat tidur. Kait yang terbuat dari  bahan elastis itu dipasang pada pertemuan antara betis dengan paha.  Dengan demikian pantat wanita pingsan itu menjadi sedikit terangkat dan  kedua kakinya menjadi terbuka lebar sehingga terlihat jelas alat kelamin  dan anusnya. Metoda itu adalah yang biasa dilakukan oleh para dokter  untuk melakukan pemeriksaan kemaluan wanita. Dengan bantuan cahaya sinar  halogen dokter mulai memeriksa seputar alat kelamin wanita itu. Ada  sedikit darah yang masih mengalir dari liang kehormatannya. Tampak  sekali memar di daerah labium mayora vaginanya sehingga terjadi  pembengkakan di wilayah itu. Dari kondisi itu jelas bahwa pelaku  pemerkosaan pasti lebih dari satu orang. Vagina yang membengkak itu  memperlihatkan goresan-goresan yang menandakan bahwa telah terjadi  luka-luka lecet pada alat kelamin wanita itu. Selanjutnya dokter  memerintahkan salah seorang suster untuk mengambil alat pemeriksa  vagina. Alat berbentuk seperti moncong bebek yang terbuat dari logam itu  dimasukkan secara perlahan ke dalam vagina wanita itu. Tidak dalam  mungkin hanya sekitar 1 sampai 1,5 cm. Setelah itu terdengar bunyi klik  dan moncong bebek itu bergerak membuka vagina wanita pingsan tersebut.  Bagian dalam vaginanya segera dengan mudah terlihat. Nampak sekali  selaput tipis didalamnya yang bentuknya sudah tidak beraturan. Terdapat  sobekan ke segala arah yang menandakan bahwa selaput dara wanita itu  telah koyak. Adanya sedikit darah yang mengalir dari sela-sela selaput  yang terkoyak itu menunjukkan bahwa peristiwa robeknya selaput dara  masih belum lama terjadi. Dipastikan bahwa peristiwa perkosaan itulah  yang telah merenggut keperawanannya. Setelah mengamati dengan seksama  alat kelamin wanita itu kini dokter beralih ke anus wanita pingsan  tersebut yang juga nampak memar. Terdapat benjolan di sekitar anus yang  cukup besar sehingga hampir bersinggungan dengan wilayah vaginanya.  Terlihat noda darah yang mengering di mulut anus wanita itu. Berarti  pelaku perkosaan tidak hanya melakukan perudungan seks vaginal tetapi  juga anal. Setelah membuat catatan-catatan untuk kepentingan pembuatan  visum dokter segera memerintahkan suster untuk melepas kait penahan  kaki. Kemudian dokter mengambil sebuah suntikan serta sebotol kecil  cairan warna oranye dari dalam saku baju putihnya. Dokter membuka  penutup jarum suntik dan memasukkannya ke dalam botol kecil berisi  cairan oranye tersebut melalui tutupnya yang terbuat dari karet. Sekitar  5 mL cairan disedot oleh alat suntik itu. Selanjut dokter meminta  suster untuk memiringkan tubuh wanita pingsan tersebut. Dokter akan  menyuntikkan obat pencegah kehamilan melalui bokong wanita pingsan itu.  Setelah menggosok wilayah bokong wanita itu yang akan disuntik dengan  kapas beralkohol, jarum segera ditancapkan setengahnya ke bokong wanita  tersebut. Tidak ada respon yang terlihat. Cairan oranye itu dengan  lancar bergerak masuk ke tubuh wanita pingsan itu melalui bokongnya.  Tidak lama kemudian seluruh cairan telah disuntikkan ke tubuh wanita itu  dan dokter segera pergi meninggalkan ruangan.
Pukul delapan pagi menunjukkan tanda-tanda bahwa wanita pingsan itu mulai siuman.
“Aakkkhhhh…….aaddddduhhhhh………….aadduuhhhhhhhh hhhh”
Wanita  itu rupanya mulai merasakan nyeri di vagina dan anusnya akibat  perbuatan biadab orang-orang terhadap tubuhnya. Suster yang menjaga di  ruangan itu segera mendekati wanita yang mulai siuman tersebut.
“ddiiiii…..ddiimanna…..aakuu…….” Suara wanita itu masih bergetar.
“Tenang..mbak aman di sini…..Ini adalah rumah sakit…..” Suster menjawab.
Wanita  yang siuman itu kini menyadari tubuhnya yang telanjang di bawah  selimut. Seketika ia teringat kejadian semalam yang menyebabkan  kehormatannya terenggut paksa. Seketika itu pula jerit histerisnya mulai  keluar
“Aaaaaa………..ttiiiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………… ………….”
Wanita  itu mulai menangis meraung. Suster berusaha untuk menenangkan wanita  muda itu. Tetapi gerakan wanita yang mulai liar itu membuatnya  kewalahan. Rupanya perasaan shock yang mendera wanita muda itu  menyebabkan ia berperilaku liar seperti itu. Jerit tangisnya melengking  tinggi memenuhi ruangan berukuran 6m x 6m itu. Akhirnya suster menekan  bel untuk meminta pertolongan perawat lain. Tidak lama kemudian beberapa  orang suster datang ke tempat. Tidak ada cara lain kecuali memberikan  obat penenang agar wanita itu tidak berlaku semakin liar. Dua orang  suster memegang tangan wanita itu dan tubuhnya dibuat tengkurap.
“Ttttiidaaakkkkk…..llleeepassssssssssskaannnn…………… .” wanita itu terus menjerit.
Dengan  cepat suster menyuntikkan obat penenang melalui bokong wanita itu dan  lambat laun suara teriakan wanita itu mulai melemah. Suster melepas  pegangan tangannya dan mengembalikan wanita itu ke posisi berbaring.  Terlihat mata wanita itu yang sayu serta air mata yang telah meleleh  keluar. Suster di ruangan itu tidak tega melihat kondisi wanita itu.  Sebagai sesama perempuan mereka dapat merasakan betapa sakitnya  kehilangan harga diri akibat diperkosa. Obat penenang itu akan bekerja  selama 3 jam.
Pukul 12 siang tiga orang polwan masuk ke ruangan  dimana wanita itu dirawat. Wanita korban pemerkosaan itu sudah mulai  sadar dan mulai sanggup menguasai keadaannya.
“Nama anda adalah Afni ?……” Seorang polwan membuka pembicaraan.
Wanita itu mengangguk lemah.
“Anda berprofesi sebagai desainer busana…..? ” Polwan itu melanjutkan pertanyaan.
Kembali wanita itu mengangguk lemah.
“Kami  memperoleh kartu identitas saudari dari mobil xenia yang anda kendarai.  Anda tinggal di wilayah Jakarta Timur. Apakah anda tinggal bersama  keluarga…?”
Wanita itu kini menggeleng.
“Anda tinggal di kontrakan…..”
Kini wanita itu mengangguk lagi.
“Apakah anda bisa menceritakan kronologis kejadian yang menimpa diri anda?”
Kali  ini wanita bernama Afni itu hanya terdiam. Bibirnya nampak bergetar.  Matanya mulai berkaca-kaca menandakan ada kepedihan yang mendalam dalam  lubuk hatinya. Keadaan menjadi hening selama beberapa saat. Sekitar 3  menit kemudian perkataan mulai keluar dari mulut Afni. Meski menyakitkan  dia mulai memutar kembali memori yang mengisahkan rusaknya masa  depannya sebagai seorang wanita.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panasFLASHBACK
Sabtu  pukul 3 sore itu Afni berada di Pasar Senin. Hari itu dia bermaksud  membatalkan pesanan sejumlah kaos yang akan dia desain atas pesanan  salah satu instansi pemerintah di Jawa Barat. Kualitas kaos yang tidak  sesuai dengan kesepakatan menyebabkan Afni memutuskan untuk mencari  supplier lain yang lebih dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
“Pokoknya pak saya tidak jadi ambil kaos seperti ini…………….” Afni berucap dengan nada seperti orang berdebat
“Tetapi kaos itu kan sesuai dengan pesanan…..”
“Warnanya sesuai…..ukurannya juga sesuai…Apalagi……”
Terdengar suara berat laki-laki memprotes ucapan Afni.
“Bahan kain ini tidak sesuai dengan yang sudah kita sepakati…” Afni menyanggah pernyataan laki-laki itu.
“Bahan seperti ini tidak mungkin bisa untuk didesain seperti yang customer saya menghendaki..?” Afni melanjutkan perkataan.
“Barang  yang neng mau itu harganya sudah naik…jadi tidak bisa dengan harga yang  neng tawarkan kemarin…kecuali kalau jumlah kaosnya dikurangi…”  Laki-laki itu begitu saja menjawab kekesalan Afni.
“Lantas kenapa kemarin tawaran saya bapak terima…” Afni kini menjawab dengan kesal.
“Lantas neng maunya apa……” Laki-laki itu mulai sewot juga.
“Saya mau uang saya kembali seluruhnya….pesanan dibatalkan…” Afni menjawab dengan nada yang tidak kalah sewotnya.
“Tidak bisa kami sudah menyerahkan uang pesanan ke supplier kaos itu” kembali laki-laki itu menjawab.
“Saya enggak mau tahu pak. Pokoknya pesanan batal dan uang saya kembali…” Afni tetap bersikukuh.
“Kalo begitu silakan aja neng datang ke tempat supplier kaos itu” Kini dengan enteng laki-laki itu menjawab.
“Itu  bukan urusan saya. Silakan bapak berurusan dengan supplier itu dan  sekarang juga bapak serahkan uang yang saya berikan minggu lalu” Afni  terus ngotot.
“Ok. Saya tidak ada uang sekarang. Bila neng mau  uang itu kembali hari ini saya antar neng ke tempat supplier itu di  Ciledug” Laki-laki itu kini tidak dapat lagi menahan kekesalannya.
“Ciledug….? Saya tidak ada waktu sekarang” Afni berucap.
“Tidak ada waktu sekarang tidak ada juga uang sekarang” laki-laki itu kini berkata dengan nada melunak.
Afni  berpikir cepat. Hari ini masih pukul setengah empat sore. Perlu waktu  satu jam setengah untuk dapat mencapai Ciledug bila dia dapat menghindar  dari kemacetan. Tapi hari ini dia butuh uang itu untuk memesan kaos di  tempat lain yang lebih dapat dipercaya. Akhirnya dia mengambil keputusan  menyetujui untuk pergi ke Ciledug.
“Baiklah kalau begitu. Antarkan saya ke tempat supplier kaos itu” Afni memberikan keputusannya.
“Hei Tigor bilang pada yang laen saya akan ke Ciledug” Laki-laki itu berkata kepada anak buahnya.
“Beres bang Bingsar”
Segera laki-laki bernama Tigor itu pergi meninggalkan Afni dan laki-laki yang ternyata bernama Bingsar.
“Ayo kita berangkat” Bingsar berkata
“Ayo” Dengan segera Afni menimpali.
Keduanya segera menuju kendaraan masing-masing.
“Tunggu saya di depan pintu keluar parkiran, saya pakai colt diesel” Bingsar berkata lagi.
“Baik, saya pakai mobil xenia warna kuning” Afni menjawab.
Sepuluh  menit kemudian Afni sudah berada di depan pintu keluar area parkir  Pasar Senin. Masih belum nampak tanda-tanda mobil Bingsar keluar.  Sekitar 5 menit kemudian keluar mobil colt diesel warna biru muda.  Nampak Bingsar mengeluarkan tangannya memberikan kode kepada Afni untuk  mengikutinya. Afni sempat melihat Bingsar tidak sendirian dalam mobil  itu. Setidaknya ada 4 orang dalam mobil colt diesel itu yang sempat  dilihat oleh Afni. Tapi Afni tidak ingin memusingkan hal itu. Tujuannya  hanya satu cepat sampai di Ciledug dan mengambil kembali uang yang telah  ia berikan kepada Bingsar.
Pukul 5:30 sore kedua mobil itu tiba  ditempat yang dituju. Berarti perjalanan ke Ciledung telah mereka tempuh  selama dua jam. Afni sedikit merasa aneh karena tempat yang mereka tuju  adalah pertokoan yang sedang dibangun dan tidak ada tanda-tanda bahwa  toko itu sudah dioperasikan. Rupanya Bingsar melihat gelagat itu.
“Supplier  ku itu namanya Daeng. Dia telah booking salah satu ruko yang sudah  jadi. Ada di sebelah sana” Bingsar menunjuk ke arah bangunan lantai  empat yang nampak lebih rapi dari lainnya. Lokasinya lebih menjorok ke  dalam. Ada sedikit rasa was-was dalam hati Afni. Tetapi melihat masih  ada sinar matahari pada hari itu dia merasa sedikit nyaman. Bingsar  mengajak Afni ke sana . Mereka berjalan melewati pelataran parkir yang  belum diaspal. Ada sebuah mobil jeep land rover terpakir disana. Afni  menjadi bertambah lega karena berarti memang ada orang lain di wilayah  bangunan tersebut. Di belakang ada 3 orang mengikuti mereka. Mereka  adalah orang-orang yang tadi berada satu mobil dengan Bingsar. Afni  berfikir pastilah mereka hanya pembantu-pembantu Bingsar. Melihat bentuk  badannya mereka lebih layak disebut sebagai preman. Dua orang yang  mengenakan oblong tanpa lengan terdapat tato di lengannya. Masing-masing  berbentuk seekor ular dan bunga mawar. Satu orang lainnya adalah Tigor  juga punya tampang preman meski tidak ada tanda-tanda tato di lengannya.  Afni sedikit merasa takut dengan keadaan itu tetapi keinginan untuk  segera mendapatkan uangnya kembali mengalahkan segalanya.
“Ayo kita naik ke atas” Bingsar membuyarkan lamunan Afni.
Afni sedikit ragu melihat jalan yang dimaksud Bingsar harus melewati sebuah lorong yang terlihat agak gelap.
“Ayo cepat kita ke lantai empat sebelum hari gelap”
Bingsar  berkata sambil berjalan mendahului. Afni segera mengikuti arah Bingsar  di belakangnya. Afni melihat bangunan-bangunan yang masih belum selesai  dan banyak potongan-potongan kayu berserakan. Hanya butuh sekitar 8  menit mereka sudah tiba di lantai empat. Bangunan dilantai itu terlihat  lebih rapi daripada yang sebelumnya mereka lewati. Bingsar segera menuju  ke arah rolling door yang terbuka. Ruangan didalamnya diterangi oleh  lampu yang tenaganya diperoleh dari mesin generator listrik berukuran  kecil.
“Halo kawan kita sudah datang” Bingsar berucap sambil berjalan masuk melewati pintu itu.
“Ayo neng ikut masuk” Bingsar memanggil Afni yang berjalan di belakangnya.
Tidak lama muncullah Afni di depan pintu terbuka ruangan itu.
“Silakan  masuk” orang yang ada dalam ruangan itu menyilakan Afni untuk masuk.  Ukurannya cukup luas sekitar 12 m x 8 m. Rupanya ruangan itu belum  dipasang sekat sehingga terlihat sangat luas.
“Saya Daeng” orang itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.
“Afni” jawab gadis itu dan tangannyapun terulur menerima jabat tangan Daeng.
“Itu  di sana kawan saya yang pakai kaos loreng merah namanya Cokro sedangkan  satunya lagi Darto”. Kedua nama yang disebut Daeng tadi mengangkat  tangannya tanda perkenalan.
“Ok. Bingsar apa yang bisa saya  lakukan” Daeng mulai bicara pada pokok persoalan. Bingsar bercerita  seluruhnya yang dibenarkan oleh Afni.
“Tetapi mbak Afni pesanan  tidak boleh dibatalkan. Kaos sudah terlanjur dibuat. Kami akan rugi  dengan pembatalan itu” Daeng berkata.
Tetapi Afni tetap tidak mau menerima kualitas bahan itu hingga Daeng mulai terlihat kesal.
“Ok kalo begitu tunggu di sini akan saya kembalikan uang anda” Daeng berkata.
Setelah  itu dia pergi menuju rolling door yang terbuka dan menghilang dalam  lorong. Tidak sampai satu menit Daeng telah masuk kembali kali ini  bersama Tigor dan dua rekannya. Daeng segera menutup rolling door. Afni  sangat terkejut dengan tindakan Daeng itu.
“Mmmee mmmeengapa pintunya ditutup pak…..” Suara Afni seperti tersumbat dalam kerongkongan.
“Tidak apa-apa karena saya akan mengembalikan uangmu tanpa ada orang lain yang melihat…..” Daeng menjawab.
Afni sedikit lega mendengarnnya.
“Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi….” Daeng kembali berkata
“Apa itu…” Afni bertanya kepadanya.
Daeng  hanya tersenyum dan tidak menjawab. Matanya terus memperhatikan Afni  terutama lekuk tubuhnya yang ramping itu tampak menarik baginya. Dengan  menggunakan celana ukuran 3/4 itu semakin menunjukkan kemolekan tubuh  Afni terutama sekali bagian bokongnya. Dadanya memang tidak terlalu  besar. Mungkin hanya 34A atau B saja. Tetapi yang pasti postur tubuhnya  memang menunjukkan kesintalannya yang tidak dapat dipungkiri dari bentuk  lengannya yang saat itu menggunakan baju tanpa lengan.
Afni yang diperhatikan begitu rupa merasa risih dengan tatapan itu.
“Apa syaratnya pak….” Kembali Afni berkata.
Daeng seketika buyar lamunan joroknya dan sedikit tergagap dia menjawab
“ehh anu…..eh…..itu….” Daeng menjawab begitu rupa sehingga nampak bahwa saat itu dia telah dirasuki unsur birahi.
“Aku ingin kau melayaniku………” Daeng berkata sedikit lebih tegas setelah berhasil menguasai dirinya kembali.
“Apa…..bapak jangan kurang ajar ya…” Afni nampak tersinggung dengan perkataan Daeng.
“Cepat  berikan uang itu kepada saya…” Afni berkata dengan ketus berusaha  menegarkan diri meskipun kini detak jantungnya mulai cepat.
“Baiklah…Darto Cokro kalian tahu apa yang harus dilakukan” Daeng berujar
“Beres  boss” serentak Cokro dan Darto bergerak mendekati Afni dari belakang.  Demikian juga lima orang pria lainnya mendekati Afni. Afni mulai  kelihatan panik.
“Aaapppaaa…aaapaaaa… mmaauuu kkkalaliiiiaannnn ssseeebeennnaarrrrnyaaa??” Suara Afni bergetar.
“He  he he…..kami hanya pengen merasakan itu….yang ada di balik celanamu….”  Tiba-tiba Bingsar berkata seperti itu yang disambut dengan tertawa oleh  yang lainnya. Kini rasa panik benar-benar melanda Afni
“Tttttiiddaaakkkkkkk…….aaaakuuuuuuu…tttiiidaaakkk. .mmmaauuu” Suara Afni semakin serak pertanda dia mulai ketakutan.
Dari arah belakang Darto tiba-tiba memeluk Afni. Secara refleks Afni meronta melepaskan diri
“Bbbaaaaajjiiangaaannnn…llllepassssakaaann!!! !!!!”
Ketika  berhasil melepaskan diri dari dekapan Darto segera Afni membalikkan  tubuhnya dan “Plakkkk!!!!!”. Afni mendaratkan tamparan ke pipi Darto.  Darto sama sekali tidak menyangka akan mendapat tamparan itu yang  membuatnya sedikit tertegun selama beberapa detik. Kemudian tangan  kirinya mengelus pipinya yang mendapat tamparan dari Afni.
“Binal juga cewek ini…..” Darto berkata.
“Kalo binal pasti enak goyangannya…….” Tigor menimpali ucapan Darto.
Afni  merasakan gelagat yang tidak baik. Tanpa basa basi dia segera berjalan  setengah berlari menuju rolling door yang ditutup oleh Daeng. Ketujuh  laki-laki dalam ruangan itu membiarkan saja apa yang dilakukan oleh  Afni. Ternyata pintu itu terkunci. Tidak ada jalan keluar selain pintu  itu. Daeng membawa kunci rolling door itu.
“Tolong pak buka pintunya….Ambil saja uang saya. Biarkan saya pergi” Afni menghiba.
“Tentu kami akan membiarkanmu pergi tetapi dengan syarat itu tadi…” Daeng menjawab permohonan Afni
“Tttttiidaakkkkkkkkkk…….” Afni mulai menjerit setengah menangis.
“Ayolah manis kami akan memberikan kepuasan kepadamu……” Cokro mulai ikut-ikutan bicara.
“Iyalah…jangan  takutlah… Mau diajak melayang ke sorga kok malah takut he he he….”  Teman Tigor yang bertato ular itu nampak menyeringai. Matanya memerah.  Berarti diapun sudah dikuasai oleh nafsu birahi.
“Iya ayolah cepetan deh dituntasin……udah gak kuat nih…” orang bertato mawar juga ikut berkata.
Afni  mulai merasa lemas. Tujuh pria itu memang telah punya niat busuk untuk  melakukan ruda paksa pada tubuhnya. “DIPERKOSA” adalah satu hal yang  paling mengerikan bagi para wanita termasuk Afni. Selama ini dia hanya  mendengar di televisi atau membaca di koran mengenai kasus pemerkosaan.  Kini kejadian yang paling ditakutinya itu akan menimpa dirinya. Sekarang  empat orang pria mulai mendekati dirinya. Tigor dan dua orang temannya  yang bertato serta Cokro menuju kearahnya,
“Ttttiiddaaakkkkk…….jjjajaanngaaannnn  ppaakkkssaa ssaayaaaa” Afni terus menghiba dan berusaha beringsut ke  tempat lain. Namun kemanapun dia menghindar tidak akan lepas dari  kejaran pria-pria yang telah dirasuki hawa nafsu itu.
“Ttttidaaakkk……tttoooooooolonnngggggggggg”  Afni berusaha menjerit sekerasnya. Namun di areal bangunan luas yang  masih dalam proses penggarapan itu tak akan ada seorangpun yang akan  mendengar jeritannya.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas“Jjjaangannn…pppaaakkk..jjjjaanngaannnn mmembuattku tttakuttt..” Afni menghiba lagi.
“Tak perlu takut manis….. kau akan puas bersama kami……” Cokro berujar
“Iya bertujuh lagi….kau akan lemas puas dengan kejantanan kami ha ha ha……….”Orang yang bertato mawar mulai berujar mesum.
“Tttiiddaaakkk..jjaangann….ssssayyaa..tttiiddakk….  .mmmaauuuu…” Afni terus menghiba mengharap keempat orang itu tidak  memaksanya. Namun tetap saja keempat orang itu terus menghampirinya.  Afni sudah akan beringsut lagi tetapi nampaknya sulit bagi dirinya untuk  menghindar dari keempat orang yang semakin dekat dengannya itu
“Ttiidakkkkk..lllleepasssskaaaannnnnnnnn…”
Afni  menjerit ketika satu tangannya berhasil dicekal Cokro. Afni berusaha  menarik tangannya lepas dari tarikan Cokro. Tetapi cengkraman Cokro pada  pergelangan tangannya terlalu kuat. Afni bermaksud memberikan  perlawanan dengan akan menampar wajah Cokro oleh salah satu tangannya  yang masih bebas. Tetapi gerakannya itu kalah cepat dengan gerakan Tigor  yang terlebih dahulu menangkap pergelangannya sebelum mendarat ke wajah  Cokro.
“Bawa cewek binal itu ke matras” Darto rupanya masih kesal dengan tamparan Afni.
Kini  Cokro dan Tigor menyeret Afni yang terus mencoba meronta untuk  melepaskan diri menuju matras yang tebalnya sekitar 20 cm. Tampaknya  matras double size itu memang sengaja ditempatkan di sana, mungkin buat  tukang-tukang bangunan yang ingin beristirahat. Matras itu nampak sudah  lusuh. Pasti sudah sejak lama matras itu ada di sana. Kini Tigor dan  Cokro sudah mendekati matras itu. Afni semakin panik dan rontaannya  semakin kuat. Gadis itu menyadari kalau tubuhnya akan direbahkan di atas  matras lusuh itu untuk dinikmati beramai-ramai oleh 7 lelaki yang  semuanya telah dirasuki nafsu birahi. Rasa takut untuk melakukan  hubungan seks dengan cara dipaksa seperti itu semakin mendera jiwa Afni.
“Ttttiidaakkkkk…lleepassskaaaaannnnn….bbbbaaajjjii  nngggaannnnnnnnn……” Afni meronta kuat dan memaki dengan keras di  sela-sela nadanya yang sudah terdengar mulai menangis itu. Dua teman  Tigor yang bertato itu mengerti kesulitan Cokro dan Tigor untuk  menundukkan Afni. Segera orang yang bertato ular membantu mendekap tubuh  Afni dari belakang sedangkan yang bertato mawar menangkap pergelangan  kaki Afni. Kini tubuh Afni yang meronta-ronta dalam bopongan meraka  tidak sanggup lagi untuk menolak direbahkan pada matras itu. Keempat  orang yang memegang tubuh Afni itu segera menurunkannya ke atas matras  dan masing-masing ambil bagian memegang tangan dan kaki Afni sehingga  tubuhnya menjadi terlentang. Cokro dan Tigor menahan tangan Afni  sedangkan dua orang yang bertato memegang kaki Afni. Sekarang Afni sudah  tidak berdaya. Hanya tangisan keras yang sanggup ia lakukan. Kini Darto  mendekati Afni yang tidak berdaya itu. Terlihat senyum nafsunya yang  menyeringai. Jakunnya naik turun menahan gejolak birahinya. Gerakan Afni  yang terus meronta itu menimbulkan sensasi erotis bagi Darto. Rasanya  dia sudah tidak sabar lagi untuk melihat gundukan daging di balik celana  dalam Afni yang sebentar lagi akan ditembusnya. Rupanya Darto mendapat  kesempatan pertama untuk menikmati tubuh Afni. Kini Darto membuka baju  kaos yang ia kenakan. Terlihat banyak bulu-bula dadanya. Dengan  posturnya yang agak gendut itu menyebabkan Darto mirip gorilla bila  bertelanjang dada. Nyali Afni semakin ciut. Teriakan menghibanya itu  tidak seorangpun yang menghiraukan. Dan kini Darto telah berada di depan  tubuhnya. Afni sudah sangat panik sekali.
“He he he non binal…..kini saya pengen merasakan kebinalan tubuhmu”
Darto berucap yang membuat Afni semakin menjadi ketakutan.
“Ttiidakkkk..jjaaannggannn…tttooloongg lleepaskannn saaya….” Afni menjerit
Tapi Darto tidak menjawab. Tiba-tiba saja dia langsung menindih Afni dan berusaha mencium leher gadis itu.
“Aaaaagghhhh…….ttiiidddakkkkkk…”
“Llleeepasskkaannnn…..bbaaangggssattttttttt…… …..”
Afni  kini meronta jauh lebih kuat. Segala upaya dia lakukan untuk melepaskan  diri dari tindihan Darto yang menggumulinya. Terasa sekali nafas Darto  di lehernya yang mendengus-dengus. Nampak sekali kalo Darto sudah tinggi  hasrat seksualnya. Darto mencium leher Afni yang kepalanya menggeleng  ke kanan dan ke kiri. Lidah-lidah Darto menyusuri leher Afni dan  sekali-kali melakukan gigitan di sana.
“Aaakkhhh…aaadduhhhh…bbbiiiiinnnaaattannnggggggg…. ”
Afni  menjerit kesakitan ketika Darto melakukan gigitan-gigitan yang  menimbulkan cupang di lehernya. Jijik sekali Afni merasakan tubuhnya  disentuh oleh bajingan yang sedang menggumulinya. Tetapi hanya  mengeluarkan airmata sajalah yang Afni sanggup lakukan.
Sekitar 5  menit Darto melakukan pemanasan dengan mencium leher Afni. Kini saatnya  bagi dia dan 6 orang temannya untuk melihat aset tubuh Afni yang selama  ini gadis itu rahasiakan. Tangan Darto mulai melepas kancing-kancing  baju Afni yang tanpa lengan itu. Afni menjadi demikian paniknya
“Ttiidaakkkkk…jjjaaanngannnnnnnnnn…….” Afni kembali menjerit.
Darto  melihat betapa bersihnya ketiak wanita yang kini sedang tidak berdaya  itu. Pastilah Afni selalu rajin membersihkan wilayah itu sehingga tidak  terlihat guratan-guratan kehitaman seperti yang banyak Darto lihat pada  cewek-cewek lokalisasi di mana dia sering datang untuk melampiaskan  hasrat seksualnya. Enam buah kancing penutup baju Afni kini terlolosi  sudah. Dengan kedua tangannya Darto menyibak belahan baju Afni sehingga  kini nampaklah BH warna hitam yang dikenakan gadis itu. Ternyata bagian  tubuh Afni yang tertutupi baju itu mempunyai warna kulit yang lebih  terang daripada warna kulit lengan tangannya atau kakinya. Bagian tubuh  yang tertutupi itu terlihat lebih mulus. Meskipun Afni apabila  mengenakan baju lengkap tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai  bagian-bagian tubuh yang ternyata mulus tetapi warna kulit coklat pada  tubuhnya adalah daya tarik sendiri. Kulit tubuhnya yang mulus kecoklatan  itu semulus milik Adjeng Inez seorang presenter The Scene X Models  Lativi. Kini tangan Dartopun mulai merambah ke BH hitam yang Afni  kenakan. Afni semakin ketakutan karena sebentar lagi gunung kembarnya  akan menjadi tontonan laki-laki yang hasrat seksnya sudah tak terbendung  lagi.
“Jjaanngaannnnn………..” Afni berteriak
Tetapi tangan  Darto tidak berhenti untuk melepas kait BH hitam Afni yang ada di depan  sehingga 15 detik kemudian tangan Darto telah menyibak BH itu ke kanan  dan ke kiri.
“Aaaaaa…..bbaaanggggsssaaaatttttttttt…..” Afni berteriak dan menangis. Rasa malu mulai menyelimuti diri wanita itu.
Kini  tampaklah dua gunung kembar berukuran 34B yang bergoyang-goyang akibat  gerakan Afni yang meronta. Goyangan itu semakin membuat tubuh Afni  terlihat erotis sehingga membuat melotot mata laki-laki yang ada di  ruangan itu. Darto segera memegang kedua gunung kembar itu dengan kedua  tangannya. Secara tiba-tiba kedua tangan Darto melakukan remasan pada  payudara yang ada dalam cengkramannya itu.
“Aaaakkhhhhh….aaddduhhhhhh…..bbbbiiinnnaaaattaannn  gggggg…”Afni melenguh kesakitan ketika Darto melakukan remasan kasar.  Tetapi semua laki-laki yang ada di sana hanya tertawa menyaksikan apa  yang diperbuat oleh Darto. Darto melakukan remasan-remasan dan  memuntir-muntir puting susu Afni yang berwarna coklat kemerahan. Nampak  bilur-bilur merah mulai bermunculan seputar payudara Afni akibat remasan  Darto. Darto dapat merasakan kekenyalan kedua gunung kembar Afni. Tidak  sabar Darto untuk segera menghisap kedua gunung kembar yang kenyal itu.
“Jjjaaangaaannnnnnnn……………”
Hanya  itu yang Afni bisa lakukan ketika Darto mulai mengulum payudaranya.  Mungkin sekitar 8 menit Darto bermain-main dengan payudara Afni. Darto  terus mencium tubuh Afni bagian dada dan turun ke arah pusar. Dapat  dirasakannya betapa halusnya kulit tubuh Afni. Ciumannya terus  berelanjut sampai terhalang oleh celana 3/4 bagian atas yang Afni  kenakan. Rupanya ciumannya telah mencapai batas pinggang. Dengan tetap  melakukan ciuman di daerah antara pusar dan batas atas celana Afni  tangan Darto berberilya mencari kancing celana Afni. Gadis yang  menyadari bahwa tubuhnya akan ditelanjangi itu berusaha beringsut keras  agar Darto tidak berhasil membuka kancing celananya. Namun Darto tetap  saja berhasil menemukan kancing itu dan dengan hanya menggunakan satu  tangan dia berhasil melolosinya. Dengan gerakan perlahan Darto mulai  menurunkan resleting celana Afni.
“Oohhhhh..tttiidddaakkkk………”
“Jjjanangannn bbuukaaa cceelllaanaa ssaayaaa……” Afni terdengar menangis histeris.
Darto  tetap tidak merespon apa yang dikatakan oleh Afni. Temannya yang lain  hanya menonton Darto mempermainkan tubuh Afni sambil sesekali terlihat  seringai nafsu seksual mereka. Akhirnya resleting celana itu sudah  sampai pada ujung bagian bawah. Terlihat celana dalam Afni berwarna  coklat muda. Kemudian sambil terus mencium bagian perut Afni tangan  darto menyusup di balik celana dalam Afni.
“Aaaaaaa……jjjaaanggaannnnnnnnnnnnnnnnnnn……” Afni menjerit kuat.
Tangan  Darto dapat merasakan bulu-bulu halus kemaluan Afni. Afni berusaha  mengatupkan kedua kakinya yang dipegang oleh dua orang bertato itu.  Tetapi pegangan terhadap kakinya terlalu kuat sehingga tanpa bisa  dicegah tangan Darto yang menyusup di balik celana dalamnya itu telah  menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif.
“Tttttiddaakkk….bbaanngggsssaaatttttttttttttt ”
Darto  menggesek-gesekkan jemarinya ke permukaan vagina Afni. Masih terasa  kering yang menandakan bahwa pemanasan yang dilakukannya tidak membuat  Afni terangsang. Malah rasa tertekan dan ketakutan akan diperkosa itu  membuat hormon seksualitas Afni tidak berfungsi sama sekali. Hanya takut  dan takut sajalah yang ada dalam jiwa Afni.
Selama lebih kurang  10 menit Darto bermain pemanasan. Kini sudah saatnya dia melihat apa  yang ada di balik celana 3/4 Afni. Darto kini bangkit dengan mata  memerah menahan gejolak nafsu.
“Dekatin kedua kakinya….” Hanya itu yang Darto katakan.
Kedua  orang bertato itu mengerti maksudnya bahwa Darto akan segera  benar-benar menelanjangi Afni. Dan benar saja Darto segera memegang  ujung atas celana Afni dan dengan kekuatan penuh dia pelorotkan hingga  betisnya.
“Jjaaangaannnn…….bbbbiinnaataangggggggggggg…… ” Afni mengumpat dalam tangisnya.
Kini  celana dalam warna coklat itu terpampang jelas. Celana itu nampak agak  tipis dan elastis sehingga melekat erat pada tubuh Afni menutupi bagian  vitalnya yang selama ini gadis itu rahasiakan. Tipisnya celana dalam itu  tidak dapat menyembunyikan bulu-bulu kemaluan Afni yang menerawang.  Tetapi celana itu tidaklah lama di sana. Dua tangan Darto kini mulai  beraksi dan sekali sentak robeklah celana dalam coklat yang Afni  kenakan.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas“Jjjaaangaannnn….bbbaaanggssattttttttttt..kkauuuuu ……..”
Celana  dalam coklat yang robek itu tidak terlepas dari tubuh Afni. Rupanya  hanya satu lingkarannya saja yang putus sedangkan yang satunya lagi  masih melingkar di pahanya. Darto membiarkan saja celana dalam coklat  yang robek itu dan melorotkannya ke bawah hingga ke tengah paha Afni.  Kini bulu-bulu kemaluan Afni terlihat. Sungguh rapi bulu-bulu itu. Hal  itu menunjukkan bahwa Afni adalah gadis yang memiliki perhatian terhadap  keindahan tubuh. Semua laki-laki di ruangan itu menelan ludah melihat  bulu-bulu kelamin Afni. Tubuhnya yang sawo matang terang itu semakin  nampak menggairahkan. Darto mencoba menyingkap bagian pangkal paha Afni  untuk melihat lebih jelas bentuk alat kelaminnya. Afni menjerit ketika  kedua tangan Darto menyibak pangkal pahanya
“AAAAAAaaaaaa ……….jjjaangaannnnnnnnnnnnnnnnnnn…………………..”
Afni  merasa semakin malu karena tatapan mata nafsu beberapa pria yang  mencoba melongok ke arah bagian tubuhnya yang paling vital. Meski tidak  nampak jelas karena kedua regangan kaki Afni terhalang oleh celana 3/4  yang masih ada di betisnya tetapi penyibakan pangkal pahanya oleh Darto  dirasakannya pelecehan yang paling dalam. Nampaknya darto tidak cukup  puas dengan hanya menyibak pangkal paha Afni. Dengan cepat dilolosinya  celana 3/4 Afni dan tidak lupa pula celana dalam coklat mudanya yang  sudah robek itu.
“Pentang kakinya lebar-lebar…..Gue pengen liat  kaya apa punyanya…” Darto berkata kepada dua orang bertato yang memegang  kaki Afni.
“Tttiddakkkk….jaanngaannnn…..”
Akhirnya kedua  orang bertato itu membuat posisi kaki Afni menjadi mengangkang sehingga  alat kelaminnya menjadi terbuka dan terlihat dengan jelas. Rontaan Afni  untuk mencoba mengatupkan kedua pahanya tetap saja sia-sia. Darto mulai  menyentuh bagian sensitif itu.
“Bbaajjingaaannnnnn….llleeepaaasskannnnnnnnnnnn..! !!!!!!!!!”
Tanpa  mempedulikan teriakan Afni dengan menggunakan dua ibu jari Darto  melebarkan vagina gadis itu sehingga tampaklah bagian dalamnya. Sesaat  Darto mengosok-gogok klitoris vagina itu dengan ibu jarinya dan beberapa  detik kemudia mengarahkan kepalanya ke selangkangan Afni
“AAAggggggghhhhhhrrrrrrrrrrrrrr……………………..” Afni menjerit.
Darto  telah memulai serangan seksualnya dengan cara menjilat vagina Afni.  Dapat dirasakannya aroma khas kemaluan milik perempuan. Afni sungguh  malu sekali diperlakukan demikian. Lidah Darto yang menyusup-nyusup di  belahan vaginanya terasa menyayat lubuk hatinya. Sungguh Afni merasa  malu yang amat sangat karena alat kelamin yang selama ini ia tutupi dan  dia rahasiakan kini sedang dijilat dan dipermainkan oleh lidah laki-laki  yang menurutnya berperilaku seperti binatang dengan tatapan hasrat  nafsu birahi beberapa kawannya yang nampak sekali ingin melakukan hal  yang sama seperti yang saat ini sedang Darto lakukan. Mungkin dalam  pikiran pria yang menonton Darto itu betapa licin dan nikmatnya rasa  vagina Afni. Ada sekitar 7 menitan Darto mempermainkan alat kelamin Afni  dengan lidahnya. Ketika dia rasa jilatannya telah cukup membasahi alat  kelamin Afni yang hanya mampu mengeluarkan erangan dan lenguhan yang  terdengar erotis sejak Darto mengawali serangan oralnya laki-laki itu  segera beringsut dari selangkangan Afni dan dengan tidak sabar melucuti  pakaiannya sendiri. Kini tubuh telanjang Darto memperlihatkan alat  kejantanannya yang telah mencuat tegang. Ukuran penisnya yang lumayan  besar itu cocok dengan tubuh Darto yang sedikit tambun. Segera laki-laki  yang telah dikuasai hasrat nafsu birahi itu kembali mendekati Afni yang  semakin meronta dengan kuat melihat bentuk penis Darto yang baginya  sangat mengerikan itu. Terbayang olehnya sebentar lagi alat mengerikan  itu akan memasuki dirinya….
“Tttttiiiiddaaaakkkk….jjjjjaaannngaannnnnn….. ”
Afni  menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak rela kalau tubuhnya akan  disetubuhi paksa oleh Darto. Tapi Darto yang seorang rentenir itu hanya  menyeringai dengan tatapan mata penuh nafsu….
Kini pria itu telah  memposisikan dirinya lagi diantara kedua paha Afni yang terpentang  lebar dipegangi dengan erat oleh dua preman bertato itu. Sesaat Darto  mengelus-elus paha bagian dalam Afni merasakan betapa lembutnya bagian  itu. Meski berkulit tubuh coklat tetapi kemulusan tubuh Afni tetap dapat  dia rasakan. Sungguh berbeda sekali dengan WTS murahan yang sering dia  booking yang mana sudah warna kulitnya coklat kehitaman itupun banyak  dihiasi oleh sisik-sisik putih sehingga sama sekali tidak dapat  dikatakan halus apalagi mulus. Kini Darto bersiap melakukan penetrasi.  Diarahkannya penisnya yang telah tegang itu ke lobang kenikmatan milik  Afni.
“Jjjaangggannnn……jjjaanngggannnnnn….ppaakkkks aa saayyaaaaaaaaaa….”
Kini  Afni berusaha mati-matian meronta mempertahankan kehormatannya. Gadis  itu menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan berusaha menghindari  penis Darto yang mencari jalan untuk menyelusup ke liang kenikmatannya.
Daeng  dan Bingsar yang menonton Darto berusaha keras untuk menyetubuhi Afni  tersenyum terkekeh memperhatikan perjuangan Darto. Memang benar Afni  sungguh binal…..Tetapi tubuh yang binal sangatlah mengasyikan untuk  dinikmati….Tubuh binal biasanya memberikan kepuasan birahi yang  dahsyat……Itu yang berkecamuk dalam pikiran Daeng dan Bingsar.
Darto  yang kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina Afni segera  menahan kedua pinggul Afni dengan kedua tangannya sehingga Afni tidak  dapat beringsut ke kanan dan ke kiri dengan leluasa. Dengan cara  menggerakkan pinggulnya Darto berusaha memposisikan penisnya ke alat  kelamin Afni. Kini dia telah menemukannya. Kepala penis itu telah dirasa  bersentuhan dengan bibir vagina Afni.
“Jjjjaaangaaannnnnnnn……………….”  Afni menjerit ketika kepala penis Darto telah menyentuh bibir  kemaluannya dan dirasa mulai melesak ke liang senggamanya itu.
“Jjjangannn..llaaakuukkkaannn…jjjaangggannnnnnnnnn ” Afni terus menjerit menghiba.
Tetapi  Darto sudah tidak sabar lagi untuk segera terbang ke nirwana  kenikmatan. Dengan segenap tenaga dia mendorong pinggulnya dengan keras  ke arah selangkangan Afni
“Tttttiidddaakkkkkk…aaaakkhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Afni  menjerit keras dan melengking. Tubuhnya melengkung ke atas. Kepalanya  menengadah ke belakang. Tampak matanya yang membelalak. Ia merasakan  perih dan nyeri menyerang bagian selangkangannya. Beberapa detik  kemudian tubuhnya yang mengejan itu kembali normal dan selanjutnya  tubuhnya berguncang-guncang diselingi teriakan-teriakan kesakitannya
“Akkkkkhhh…..aaddduuhhhhhh….adduhhhhhhhhhhhhh …”
“Akkkhh……..aakkhhhhhhhhhh…..ssssaaakitttttttttttt…..”
“Pppeerriiiihhhhhhhhhhhhh………”
“Aakkhhhh..ttiitdaakkk……”
“AAaaaddddduuhhhhhhhhhhh…………”
Darto  menyenggamai tubuh Afni dengan kasar. Dia memompa tubuh tidak berdaya  itu dengan cepat dan meggebu-gebu. Mungkin laki-laki itu melampiaskan  kekesalannya akibat tamparan Afni. Tetapi yang pasti 15 menit kemudian  Darto mulai mengerang nikmat. Tampaknya Darto sedang naik menuju puncak  kenikmatan. Kini Darto makin terengah-engah dan beberapa detik kemudian  dia menggeram keras dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Rupanya  laki-laki itu telah mencapai klimaks dan memuntahkan lahar panasnya ke  dalam tubuh Afni. Beberapa detik kemudian Darto mulai tampak meloyo dan  segera mencabut penisnya dari dalam liang kenikmatan Afni. Tampak warna  merah di batang penisnya. Demikian juga pada vagina Afni. Beberapa saat  kemudian terlihat cairan putih kemerahan mengalir keluar dari liang  senggama Afni. Sperma Darto yang keluar itu turun ke bawah membasahi  anus Afni sebelum akhirnya menetes ke matras. Darto sungguh perkasa. Dia  melakukan persetubuhan dengan Afni hampir selama 18 menit. Mungkin dia  minum obat kuat sehingga bertahan selama itu.
Kini ganti Tigor  berhasrat menyetubuhi Afni. Tangan Afni yang dilepas oleh Tigor kini  dicengkeran oleh Cokro sehingga kedua tangan Afni kini ada dalam  kekuasaannya. Tigor segera melepas celana jeans lusuhnya dan  memposisikan dirinya di antara dua paha Afni. Dilihatnya vagina Afni  yang masih meneteskan darah. Tetapi Tigor tidak peduli. Lelaki agak  kurus dengan rambut gondrong itu ingin segera menyalurkan birahinya pada  tubuh Afni yang sedang tidak berdaya dan hanya bisa menangis itu.
“Aaggghhhhrrrrrrrrr………………”
Kembali  Afni menjerit tatkala penis Tigor memasuki tubuhnya. Tigor langsung  memompa tubuh Afni dengan cepat. Sesekali dilihatnya wanita yang sedang  diperkosanya itu menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri sambil  sekali-sekali menggigit bibir bawahnya. Buah dadanya bergoyang ke sana  ke mari memperlihatkan kekenyalannya seirama dengan sodokan-sodokannya.  Mata wanita itu terpejam. Hanya erangan dan lenguhannya yang terdengar  erotis itu semakin membuat birahinya terus memuncak. Tiba-tiba dia  melihat Cokro yang semula berada di atas kepala Afni sedang memegangi  kedua tangan wanita yang sedang diperkosanya itu beringsut ke dada Afni  dan posisinya memunggunginya. Sesaat dirasakan olehnya tubuh Afni  mengejan. Tigor tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Cokro dan dia  tidak peduli. Tigor terus memompa dan memompa berpacu dengan hasrat  birahinya untuk mencapai ke puncak kenikmatan. Satu yang dia rasakan  berubah adalah erangan Afni yang kini seperti lenguhan tertahan. Sekitar  10 menitan diperlukan Tigor untuk dapat mengerang menyemprotkan cairan  birahinya ke dalam tubuh Afni. Kini tubuh Tigor dengan senyuman  kenikmatan itu mulai loyo dan batang penisnya mulai menyusut. Segera  dikeluarkannya batang kejantanannya dari liang vagina Afni dan Tigor  segera terlentang lemas di sisi matras. Mungkin laki-laki itu masih  merasakan betapa nikmatnya tubuh Afni yang baru saja diperkosanya itu.  Jepitan liang kenikmatan Afni sungguh luar biasa. Belum pernah Tigor  melayang ke nirwana seperti ini. Sungguh beda dengan WTS kelas teri yang  mangkal di pinggir jalan di mana Tigor sering jajan untuk menyalurkan  hasratnya.
Kini ganti pria bertato mawar menggantikan posisi  Tigor. Rupanya dia telah mengeluarkan batang penisnya dari balik  resleting celana komprangnya. Penis kuli Pasar Senen itu nampak lebih  besar dari milik Darto apalagi dibandingkan dengan milik Tigor. Pria  bertato mawar itu tidak lagi mempedulikan darah yang mengalir dari  vagina Afni yang telah membasahi matras. Dia tahu kalo wanita yang baru  saja disetubuhi oleh dua orang itu mengalami pendarahan. Tapi keinginan  untuk menyalurkan nafsu birahinya pada tubuh yang sekal itu jauh lebih  kuat daripada rasa belas kasihannya. Dua kali erangan kenikmatan yang  diteriakkan oleh Darto dan Tigor sudah cukup bagi pria bertato mawar itu  membuktikan bahwa tubuh Afni memberikan kenikmatan yang betapa luar  biasa. Tanpa menunggu lama segera dia menancapkan penis besarnya itu ke  dalam liang vagina Afni. Dirasakannya tubuhAfni mengejan hebat namun  tidak mengeluarkan suara lengkingan kesakitan sebagaimana saat Tigor  memasuki tubuh wanita itu.
“Hhhheeggghhhhhrrrrhhhmmmmmmmmmmmmmmm………………………………..”
Hanya  erangan tertahanlah yang dia dengar. Rupanya Cokro yang melakukan  perkosaan oral telah menyumbat mulut Afni dengan batang penisnya. Penis  Cokro memang tidak panjang. Tetapi diameternya yang cukup besar itu  telah mampu untuk meredam suara erangan dan lenguhan erotis Afni. Tampak  seluruh penisnya melesak masuk ke dalam mulut Afni. Tangan Cokro masih  memegang erat kedua pergelangan tangan Afni di atas kepala wanita itu.  Kini tampak tanda-tanda Cokro akan ejakulasi. Mata Cokro mulai terpejam  merasakan hangatnya lidah Afni yang bersentuhan dengan penisnya. Gerakan  ke luar masuk penisnya di mulut Afni semakin cepat. Akhirnya  terburailah segalanya. Afni terlihat gelagapan dengan cairan kental yang  menyemprot dari batang penis Cokro dalam mulutnya. Tetapi mulutnya  tidak sanggup melepaskan diri dari batang penis laki-laki itu yang  seluruhnya melesak masuk kedalamnya.
“Huuggkkkhhhhh…hhuuueekkhhhh…….” Afni nampak tersedak.
Untuk  beberapa saat penis Cokro tetap tidak bergeming untuk keluar dari mulut  Afni. Cokro masih ingin merasakan denyut-denyut kenikmatan yang  menjalar di penisnya menuntaskan semprotan terakhir cairan sperma ke  dalam mulut Afni. Sebagian cairan kental putih itu dengan terpaksa  ditelan Afni agar rasa asin pahit itu segera sirna dari lidahnya.  Akhirnya serangan oral itu selesailah sudah. Cokro telah mengeluarkan  batang kejantanannya dari dalam mulut Afni. Masih nampak lendir sperma  menempel pada batang penisnya yang mulai loyo itu. Tampak juga sisa  sperma yang mengalir ke luar dari sela-sela bibir Afni menjalar ke bawah  melewati pipinya yang halus itu.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panasDi wilayah selangkangannya pria  bertato mawar itu masih terus memompa vaginanya. Afni kini hanya diam  pasrah. Matanya yang sayu terus mengalirkan air mata menandakan  kepedihan hatinya. Rasa sakit hilang harga dirinya jauh lebih besar  daripada rasa sakit di seputar selangkangannya. Sebelas menit kemudian  laki-laki itu ejakulasi di dalam vagina Afni. Cairan putih kental  kemerahan menyusup keluar dari sela-sela pertemuan batang penis dengan  dinding vagina. Segera dicabutnya batang penis miliknya dan beringsut  dari tubuh Afni. Tampak vagina yang memar berdarah itu menganga untuk  beberapa saat ketika pria bertato mawar itu mencaput batang  kejantanannya. Kini vagina itu bentuknya tidak sempurna. Dua labium  mayora-nya telah membengkak sehingga bibir vagina Afni tampak  menggelembung. Disela-sela pertemuan dua daging yang menggelembung itu  darah masih tampak mengalir. Mungkin pemerkosa ketiga yang  menyetubuhinya itu makin memperparah bekas robekan selaput dara Afni.
“Gue pengen coba pantatnya………..”Tiba tiba pria bertato ular berkata.
Afni  yang sedang lemas lunglai itu terkesiap mendengar ucapan pria bertato  ular itu. Tubuhnya yang sedang lunglai itu dipaksakannya untuk bangkit.  Gerakannnya itu menyebabkan nyeri dan perih di selangkangannya semakin  menjadi-jadi. Tetapi rasa ketakutan yang amat sangat mendera jiwanya  manakala pria bertato itu berhasrat dengan bokongnya yang juga sekal  itu. Afni tahu benar bahwa pria bertato ular itu bermaksud melakukan  sodomi padanya. Afni tidak mampu membayangkan betapa sakitnya bila pria  bertato yang berpostur besar kekar itu melesakkan batang kejantanannya  ke dalam saluran pembuangannya. Afni terus beringsut mundur ketika pria  bertato itu mendekat. Dilihatnya pria itu mulai menurunkan resletingnya  dan melorotkan celana jeans pendek lusuhnya ke lantai. Celana dalamnya  juga segera dia turunkan dan nampaklah batang kejantanannya yang besar.  Sama besar dengan milik pria bertato mawar. Afni langsung merasa lemas  seluruh persendiannya.
“Jjjjaaangaannnn…….Jjjaannngaann……………..”
“Sssayyaaaa…..ttiiidakkkk…mmaauuu………….” Afni merintih dan menghiba.
Tetapi pria bertato ular itu dengan seringai nafsu birahinya tetap mendekati Afni.
“Tunggingin cewek binal ini……”
Pria  bertato ular itu berkata pada teman-temannya yang sudah merasakan  nikmatnya tubuh Afni. Tanpa diminta untuk kedua kalinya Darto, Cokro,  Tigor dan pria bertato mawar itu menunjukkan rasa setia kawannya kepada  temannya yang berhasrat mencicipi lobang kenikmatan alternatif milik  Afni. Sedangkan baik Bingsar maupun Daeng hanya terkekeh melihat  ketakutan yang diperlihatkan wajah Afni.
“Jjjaangaannnn…………tttiiddakkkkkkkkkkk….” Afni menjerit.
Tetapi  tubuhnya yang lemah itu tidak sanggup lagi memberikan perlawanan  berarti manaka empat orang pria menangkap tubuhnya kembali dan  memaksanya untuk menungging. Darto dan Cokro memegang kedua pundak dan  lengan kanan kiri Afni dan menekannya hingga ke matras. Dengan kondisi  menungging seperti itu tidaklah mungkin bagi Afni cukup tenaga untuk  bangkit. Sedangkan kedua kakinya hanya dipegang oleh pria bertato mawar.  Tigor rupanya memilih memegang bongkahan pantat Afni dan menyibakkan  bongkahan sekal itu sehingga anusnya menjadi terlihat dengan jelas.  Lobang berwarna coklat kemerahan itulah yang akan menjadi sasaran  kejantanan pria bertato ular itu.
“Bbbbinnnaaattaanng……llleeepasssskaannnnn!!!! !!” Afni menjerit lagi.
“Bbbiiaaddaabbbbb…..kkkkaaalliiaaannnnn………” Afni memaki.
Tigor  hanya tersenyum dan tangannya tetap berupaya melebarkan bongkahan  pantat Afni. Pria bertato ular itu memposisikan kakinya sedikit di  belakang paha Afni yang menungging dan menapak pada sisi luar kanan dan  kiri betis kaki wanita yang akan disodominya itu sehingga ia tetap  berdiri. Kemudian ia menggosok-gosokkan batang penisnya ke bibir vagina  Afni untuk membasahi batang kejantanannya dengan lendir yang masih  tersisa di sana.
“Jjjaangaannn..lllaakkuukannn…..jjaangannnn….tttto  olloonngggg” Afni mulai menangis keras lagi. Tiba-tiba terdengar  lolongannya yang menyayat.
“AAAAkkkkkkhhhhhhhhh………………………..AAAAAkkkkkhhhhhhhhh hhhhhhh!!!!!”
Pria  bertato ular itu secara tiba-tiba dan keras menancapkan batang  kejantanannya ke bokong Afni. Tampak jelas anus Afni yang melesak ke  dalam terdorong oleh penis besar pria bertato ular itu. Pria bertato  ular itu masih memasukkan batang penisnya kira-kira 1/4 bagiannya dan  bertahan beberapa saat lamanya. Mungkin ia sedang menikmati jepitan  lobang dubur Afni yang baru dilesakinya itu. Kemudian dengan memegang  pinggul Afni perlahan dia mulai penetrasi masuk lebih dalam lagi.
“AAAaaddduuhhh….AAAdduuuhhhh…..Sssssaakiitttt ……”
“SSSaaaaakkkiitttttttt……” Afni terus menjerit dan melolong.
Afni  merasakan ngilu yang luar biasa ketika penis pria bertato ular itu  melesaki liang anusnya. Kepala Afni berdenyut-denyut. Matanya terasa  berkunang-kunang. Sungguh betapa luar biasa sakitnya seks anal itu bagi  dirinya.
“AAAaaakkkhhhhh……hhheennttiikkkaaannnnn!!!!!” Jerit Afni  meminta pria itu untuk tidak terus mendorong penisnya masuk lebih dalam  lagi ke dalam liang duburnya. Pria bertato ular itu tetap tidak peduli  hingga seluruh batang kejantanannya melesak masuk ke dalam anus Afni.  Kemudian mulailah pria itu memompa ke atas dan ke bawah.
“AAAdddduuhhhhh……..AAAdduuhhhhhhhh….AAAkkkhhh hhhh”
“AAAdduhhhh..pppeeeriihhhhh…….Akkkkhhhh…”
“Sssaakkitt ssseekkkaaliiii….aaadduuhhhh…ssssakkittt”
Afni  hanya mampu mengerang kesakitan. Tangannya meremas kain matras  kuat-kuat berusaha menahan rasa ngilu yang luar biasa pada duburnya.
Sudah  15 menitan pria bertato ular itu menyodominya. Di sekitar lingkaran  duburnya tampak buih-buih putih kemerahan. Lamanya sodomi itu ternyata  selain menimbulkan busa juga menimbulkan luka lecet yang mengeluarkan  darah akibat gesekan batang penis besar laki-laki itu dengan dinding  saluran pengeluarannya. Menit ke-17 pria itu semakin cepat memompa dan  sodokan-sodokannya semakin brutal. Sodokan brutal ini menyebabkan tubuh  Afni berguncang ke depan dan ke belakang tetapi tetap tidak jatuh karena  Cokro dan Darto memegang erat pundak dan lengannya.
Pria itu semakin brutal…
dan brutal……
Tiba-tiba  tidak terdengar lagi suara Afni yang mengerang-erang kesakitan. Juga  tidak terlihat lagi jemarinya mencengkeram erat kain matras. Pria  bertato ular itu menyadari bahwa Afni telah pingsan akibat sodomi brutal  yang dilakukannya. Tetapi itu tidak menyurutkan nafsunya untuk segera  menggapai kenikmatan puncak. Dan akhirnya
“aaaaahhhhhhhhhhhhhhh……….”  Pria bertato ular itu mengeluarkan suara menggeram pertanda dia sudah  mencapai klimaks. Tidak lama kemudian dicabutnya batang penis miliknya  yang baru saja dilesakkan ke dalam dubur Afni dalam-dalam hingga  pangkalnya. Tampaklah noda darah melumuri batang penis itu bercampur  dengan lendir sperma. Untuk beberapa saat lobang dubur Afni menganga  lebar meski penis yang baru saja melesakinya telah dicabut. Besarnya  batang kejantanan pria bertato ular itu mungkin mengurangi elastisitas  dubur Afni sehingga tidak segera kembali menutup. Leleran darah keluar  dari dubur yang menganganga itu membasahi vaginanya sebelum jatuh  menetes di matras.
“Ayo kita cabut…..kita sudah memberi pelajaran padanya…” Daeng berkata.
Tampaknya  Bingsar dan Daeng tidak berminat ikut menikmati tubuh Afni. Mungkin  karena wanita itu sudah pingsan sehingga tidaklah nikmat bila tidak  mendengar erangan kesakitannya yang erotis atau goyangan rontaannya yang  binal itu. Atau mungkin juga karena dua lubang kenikmatan Afni itu  telah melar dan berdarah-darah akibat perkosaan brutal yang dilakukan  anak buahnya. Kini waktu telah menunjukkan pukul 11:40 larut malam.  Gerombolan durjana itu meninggalkan tubuh Afni yang sedang pingsan di  atas matras. Mereka tidak peduli dengan tubuh telanjang itu. Bagi mereka  kenikmatan yang telah diberikan oleh tubuh telanjang yang pingsan  itulah yang paling penting untuk mereka rasakan. Beberapa menit kemudian  dua buah mobil keluar dari areal pembangunan pertokoan itu dan  menghilang di kegelapan malam.
Tags:cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas